Wednesday, June 15, 2011

Menanam Padi Tanpa Penyemaian, Bisakah?

Sebagian besar petani mengenal cara menanam padi dengan cara disemaikan terlebih dulu. Dilakukannya persemaian ini guna mendapatkan bibit yang unggul. Orang Lombok Timur (Lotim) menyebutnya ngampar padi, yakni ditempat khusus. Setelah dirasa usianya cukup baru dipindahkan ke tempat yang telah disiapkan. Namun cara itu kemudian termentahkan dengan adanya teknologi baru, padi bisa ditanam langsung seperti menanam jagung. Bisakah?

TEKNOLOGI itu dibuktikan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rinjani Permai Desa Sukadana Kecamatan Terara Kabupaten Lotim. Alhasil, dengan mengikuti aturan yang diajarkan Petani Desa Sukadana ini berhasil menghasilkan bulir padi yang jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem penanaman cara lama.

Diungkapkan Ketua Gapoktan Rinjani Permai, Syahabudin saat acara panen perdana padi Tabela, di sawah Desa Sukadana Selasa (14/6) kemarin, sistem Tabela ini terbukti jauh lebih menguntungkan. Tentunya dilihat dari segi biaya. Tidak butuh terlalu banyak ongkos tanam, hemat air, hemat waktu dan ternyata jauh lebih kebal Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Bibit yang dibutuhkan jauh lebih hemat. Dimana, rata-rata dengan sistem Tabela ini hanya butuhkan bibit 20 kilogram (kg)/hektar (ha). Sedangkan untuk cara lama dibutuhkan sekitar 25-30 kg/ha.

Potensi hasil panen, ternyata jauh lebih banyak dengan sistem Tabela dibandingkan dengan cara lama. Yakni bisa memberikan hasil ubinan 13,4 ton/ha Gabah Kering Panen (GKP). Sementara, cara lama hanya bisa tembus maksimal 9-10 ton/ha GKP.

Sebelum menanam padi, perhatian utamanya pada aspek persiapan lahan. Pada prinsipnya, pengelolaan lahan untuk persiapan lahan bertanam padi Tabela hampir sama dengan persiapan bertanam padi secara umum. Melakukan pembajagan sampai dua arah, galengan ditamping dan dipopok agar tidak keluar ke petak yang lain. Setelah dibajag, lahan diratakan agar distribusi dan penyebaran air bisa lebih merata.

Sistem Tabela ini juga butuh dibuatkan caren, yakni selokan kecil sedalam 10-20 centi meter (cm). Cara pembuatan caren ini cukup dengan menggunakan alat yang biasanya dipakai petani, seperti cangkul atau lebih cepat menggunakan alat yang sudah dimodifikasi.

Pembuatan caren ini dimaksudkan untuk memudahkan petani melakukan penyemprotan dan pemupukan. Serta memudahkan petani dari serangan hama, seperti keong. Caren ini juga bisa berfungsi untuk mengeluarkan genangan air saat atau setelah musim hujan.

Bertanam padi dengan sistem Tabela, disarankan pada usia padi baru 10 hari lahannya tetap dalam kondisi lembab. Hal ini sangat menghemat air. Baru setelah usia diatas itu, diairi dengan cukup 2-3 kali dalam sehari. Padi tabela, tidak butuh digenani air terus menerus. Pasalnya, akarnya sudah cukup banyak.
Adapun cara menanam cukup sederhana, hanya menggunakan alat yang sudah dimodifikasi. Dengan menggunakan alat ini, sangat menghemat tenaga. Perorang bisa menanam dalam waktu cepat dan cukup luas. Tidak seperti sistem lama, yang membutuhkan banyak orang untuk menanam padi yang telah selesai disemaikan itu.

Alat dimaksudkan adalah, baytani. Sebuah alat yang terbuat dari pipa paralon yang dilubangi. Dimodifikasi dengan kayu dan dibuat tempat penarikan. Benih yang akan ditanam, dimasukkan dalam baytani setelah itu tinggal ditarik saja. Secara otomatis, sejengkal demi sejengkal padi keluar dari lubang pipa paralon ke tanah yang telah dibentuk oleh alat baytani itu sendiri. Karenanya, waktu menanam pun cukup singkat. Tinggal melakukan pemeliharaan dengan obat-obatan.

Temuan PT. Bayer Indonesia itu disambut baik Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Lotim, H.L. Khalid Tarmizi. Ia pun menyarankan petani bisa mengembangkan teknologi terbaru itu. Dengan melihat hasil yang dipanen, Selasa kemarin.

Dikatakan Khalid, sentuhan teknologi Tabela ini merupakan salah satu langkah revitalisasi pertanian. Revitalisasi teknologi. Diyakini, setelah nanti banyak petani Lotim yang melihat hasilnya akan banyak yang akan mengikuti pemanfaatan teknologi tersebut.

Pemanfaatan teknologi ini juga bisa mendukung percepatan pencapaian produksi padi yang lebih banyak. Dituturkan Kadis tahun 2011 ini, cukup banyak bantuan pemerintah yang digelontorkan ke petani.

Disbeutkan, bantuan langsung benih unggul (BLBU) padi hibrida sebanyak 178.125 kg. Cadangan Benih Nasional (CBN) untuk padi gogo sebanyak 25 ton, Sekolah Lapang Pengembangan Tanaman Terpadu (SLPTT) untuk padi non hibrida sebanyak 33 ton benih padi. Lain lagi, bantuan untuk benih jagung dan kedelai.

No comments:

Post a Comment