Monday, July 18, 2011

Orang Miskin Sebaiknya Jangan Sakit!


Mentari sore waktu itu masih memancarkan panas trik mentari yang terasa masih menyengat. Darii sudut Gang Orong Teker (Ortek) di sebuah perkampungan padat penduduk Desa Terara Utara Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur (Lotim), Rizky Ikhtiar menangis. Anak kedua Zulkarnaen seperti memberitahukan penderitaannya. Karena tangisannya tidak seperti anak-anak seusianya.

RIZKY Ikhtiar, hidup kurang normal. Matanya sebelah kanan menyembul keluar. Pengakuan seorang dokter yang pernah mendiagnosanya, ia tengah mengidap tumor. Setahun sudah lamanya, balita malang ini mengidap penyakit yang katanya pernah pernah diklaim juga sebatas katarak biasa. Namun makin hari, benjolan daging makin membesar. Parahnya lagi, nanah mengalir dari sela-sela daging yang tumbuh itu.

Zulkarnaen tidak kuasa. Lagi-lagi, alasan kemiskinan yang melilit keluarganya membuatnya tidak mampu membiayai anaknya berobat dengan biaya besar. Apalagi menyebut akan operasi. Makelar perempatan yang memiliki penghasilan tidak tetap ini tak hanya mengharapkan belas kasih dan bantuan dari orang lain.

Kartu Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) yang dimilikinya tidak mampu menolong anaknya. Padahal sedari awal ketika cara pengobatan medis ditempuh, cukup lancar prosesnya. Namun ketika ingin lebih, termentahkan oleh prosedur yang meribetkan.

Zul menuturkan, pada mulanya berdasarkan hasil pemeriksaan pertama di dokter mata RSUD Selong, anaknya divonis mengidap tumor. Oleh sang dokter, ia pun diminta untuk dirujuk ke RSU Provinsi NTB di Mataram. Sayang sungguh disayang, ketika diperiksa di rumah sakit yang terbakar belum lama itu, ia justru hanya mendapatkan hasil diagnosa yang berbeda. “ini sih cuma katarak biasa,” ucapnya menirukan acapan sang dokter di RSUP NTB itu.

Kini semua bola mata anak laki-lakinya itu seperti menyembul semua keluar. Hal itulah yang membuat keluarga miskin ini semakin membingungkan. Para dokter seperti mempermainkannya. “Benar-benar tumor atau hanya katarak biasa,”…Beberapa waktu lalu, Zul pun mencoba datang lagi ke RSU terbesar di NTB. Karena rujukan dokter di RSUD Selong ke RSUP itu segera saja dioperasi.

Kembali, jawaban kurang memuaskan diterima dari RSU Provinsi. “Disini sudah tiga tahun alatnya rusak. Kalau mau dioperasi di sini, bawa saja alat yang ada di Lotim itu ke sini,” ungkap Zul menirukan kembali ucapan tim medis yang menerimanya.

Semakin memilukan kembali, saat ia tidak bisa mendaftar. Pertanyaan dari tim medis yang melayaninya, “Pakai bayar atau JPS?” karena keadaan yang memang demikian adanya, jamkesmas yang menjadi andalan ternyata tidak mampu menolong anaknya. Zul pun beranggapan, dikarenakan hanya mengandalkan jamkesmas, ia pun mendapatkan pelayanan yang kurang diprioritaskan. Ia pun mencoba membuatkan Surat Keterangan Tanda Miskin (SKTM) untuk anaknya. Meski sudah mengurus itu, keinginannya untuk bisa dioperasi dengan dana bantuan pemerintah tidak kunjung terwujud.

Harapannya kini cuma satu. Anak kesayangannya dapat segera dioperasi saja. Pasalnya, melihat kondisi anaknya yang juga pernah dioperasi bibir sumbing ini sudah cukup memprihatinkan. Makin hari makin membesar. Kini ada salah seorang yang coba ingin membantunya. Namun sebatas untuk mengurus proses mendapatkan jaminan dari pemerintah.

Keluarga sederhana ini kini hanya bisa menunggu. Menunggu kapan keajaiban itu akan datang membantu anaknya. Soal berobat ke dukun sudah tidak terhitung dilakukan. Urusan makan pun katanya kerap ditunda demi pengobatan sang anak.

Sosial maker Lotim, Ujipuddin menaruh harapan serupa kepada semua pihak agar bisa membantu pasien miskin. Tidak saja Rizky Ikhtiar, namun ratusan orang di Lotim memiliki nasib serupa. Utamanya diluar biaya medis. Mustahil bisa menerima perawatan medis sementara biaya mengantarkan ke tempat perawatan medis itu tidak ada.

Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Lotim H. Suroto menuturkan ia saat ini sedang mengusahakan proses pemberian jaminan kesehatan pada balita malang itu. Rujukan untuk ke rumah sakit Sanglah Denpasar Bali sedang dipersiapkan. Ketidakjelasan diagnosa dokter tampaknya menjadi pemicu belum jelasnya penanganan medis yang harus diberikan pada balita Rizky Ikhtiar itu.

Mengenai Jamkesmas Suroto ini mengatakan sudah cukup berlebih pemberiannya kepada warga miskin Lotim. Disebutkan penerima jamkesmas secara keseluruhan sebanyak 511.650. dari jumlah itu, jika mengacu pada jumlah penduduk di Lotim berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 lalu, 1,2 juta jiwa maka sudah mencapai 50 persen penduduk Lotim yang menerima jamkesmas. Padahal jika mengacu pada persentase penduduk miskin hanya 23,95 persen akan tercatat semestinya 260 ribuan penduduk miskin di Lotim.

Meski demikian, saat pendataan masih ada penduduk yang mengaku miskin yang mengaku belum mendapatkan jamkesmas. Hadirnya jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) yang dikeluakan Pemerintah Provinsi untuk Lotim 71.388 orang menambah catatan jumlah penduduk Lotim yang menerima jaminan kesehatan dari pemerintah.

“Jadi total penerima jamkesmas dan jamkesda ini mencapai 583.036 orang, sudah cukup banyak,” penilaiannya. Belum menerima diberikan lagi SKTM. Dengan demikian, menurut Suroto, tidak ada lagi sebenarnya warga yang miskin.

Mengingat hal itu, sangat diharapkan Suroto Jamkesmas dan jamkesda itu bisa benar-benar tepat sasaran. “Kalau kita kan hanya melayani jamkesmas, soal siapa yang diberikan itu ditetapkan oleh dusun dan desa. Kalau kadusnya sudah bilang ini miskin ya kita berikan saja,” demikian.

Untuk Jamkesda yang ditinggal mati bisa digantikan ke orang lain. “Kalau Jamkesmas ini sudah menjadi ketentuan pusat, tidak bisa kita ganti meski pemilik sudah meninggal,” tuturnya menambahkan.

Soal pelayanan, diyakini sudah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Bantahannya, selama ini tidak ada istilah tebang pilih. Dipastikan, semua dilayani dengan baik. Kendalanya memang, biaya memenuhi kebutuhan lain selain untuk keperluan medis. Biaya kebutuhan hidup keluarga yang menjaga. “Soal pelayanan kesehatan sudah sangat bagus,” nilainya. Bahkan untuk biaya hidup ini tuturnya pihaknya berusaha untuk membantu mengusahakan dari pada donatur. Antara lain dari Badan Amil Zakat Daerah (Bazda).

Disadari para pelayan medis ini, faktor biaya diluar medis yang juga cukup besar menjadi persoalan sendiri bagi pihak keluarga, Menurut hemat penulis, biaya selama mendampingi, ada alokasi dana dari jamkesmas yang disalurkan. Tidak bisa dari jamkesmas, harapan dana lain bisa mengalir. Karena menjadi hal yang mustahil pihak keluarga tidak turut mendampingi proses penyembuhan. Terlebih, namanya warga miskin, selain berat pada aspek pembiayaan medis juga pada aspek ongkos.

Mengenai soal anggaran yang dipersiapkan di Lingkup Dinas Kesehatan Lotim, ditambahkan Suroto, dimasing-masing puskesmas diberikan Rp 1000/bulan/orang kepada para penerima jamkesmas. Dalam setahun diberikan Rp 12 ribu. Dari pemberian dana tersebut dirasa cukup membantu pelayanan kesehatan kepada warga miskin itu.

Humas RSUD Dr. R. Soedjono Selong, dr. Sidarta Fitriadi juga memberikan kepastian bahwa dalam pelayanan terhadap kesehatan masyarakat dipastikan sesuai dengan prosedur pelayanan medis yang telah ditetapkan. Tidak ada perbedaan pelayanan antara si kaya yang mampu bayar maupun si miskin yang hanya mengandalkan jamkesmas atau SKTM.

Di RSUD Selong ini, tahun 2011 dianggarkan dana Rp 3 miliar. Tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya sekitar Rp 2,76 miliar. Dengan alokasi anggaran itu, dipastikan bisa melayani dengan baik.

Diakui Sidarta, terkadang ada perbedaan persepsi antara warga dengan tim medis. Bagi para tim medis, bantahan Humas RSU ini jika sudah sesuai prosedur yang telah ditetapkan maka sudah benar langkah-langkah dan pelayanan yang diberikan. “Memang terkadang kita berbeda pandangan,” ucapnya.

Untuk di RSUD Selong sendiri, berupaya untuk melayani dengan baik sesuai prosedur. Sebagai contoh dalam pelayanan operasi pasien, Sidarta memberikan kepastian semua yang telah mendaftar tidak membutuhkan waktu lama menunggu. Antrean untuk operasi diakui ada. Tapi tidak akan berselang lama. Karena tenaga dokter dan alat medis yang ada dirasa sudah cukup memadai.

Disebutkan Sidarta, tercatat dalam sebulan terakhir sebanyak 79 orang yang akan operasi. Tim dokter RSUD Selong ini bisa melayani pasien operasi 2 orang /hari. “Jarak antrean paling lama dua bulan,” ucapnya. Itupun bagi yang tidak emergensi. Terhadap pasien yang emergensi, tidak akan dibiarkan menunggu lama. Delapan dokter spesialis, yakni bidang kandungan, penyakit dalam, anak, bedah dan mata siap melayani.

Mengenai jenis penyakit yang diderita warga Lotim, terbanyak berupa tumor jinak leher. Pasien yang tidak bisa ditangani di RSUD Selong tanpa menunggu proses panjang langsung dirujuk ke rumah sakit yang dipandang bisa memberikan solusi terhadap kesehatan pasien.***

Thursday, June 30, 2011

MAJIKAN ARAB Keluarkan UANG BANYAK untuk BELI TKW

Kabupaten Lombok Timur (Lotim) terbilang sebagai daerah penyumbang TKI terbesar di NTB. Data di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transimigrasi (Disosnakertrans) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lotim menyebut total TKI asal Lotim ini mencapai 10.183 pada tahun 2011 ini saja. Sebagian besar menuju Malaysia dan Arab Saudi menjadi tujuan utama kedua.

Data terakhir memasuki pertengahan tahun 2011 ini, Disosnakertrans Lotim mencatat TKI yang ke Arab sudah mencapai 793 orang. Sebagian besar bekerja disektor non formal, yakni menjadi pembantu rumah tangga sebanyak 782 orang sedangkan laki-laki hanya 11 orang.

Berdasarkan data tersebut, diterangkan Kepala Dinas (Kadis) Disosnakertrans Lotim H. Sirman sebagian besar TKI ke Arab bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Pilihan kerja di sektor non formal itu diakui terbanyak karena paling banyak permintaan.

Pasca Kebijakan pemberhentian sementara alias moratorium yang keluarkan Pemerintah, jajaran Pemkab Lotim melalui Kadisosnakertrans, H. Sirman mengatakan terhitung sejak Selasa (28/6) lalu sudah pula melakukan pemberhentian sementara pemberangkatan para TKI ke negeri Arab tersebut. “Kita juga sudah memberhentikan sejak hari ini (Selasa-red),” ujarnya ketika dikonfirmasi Suara NTB.

Keberadaan TKI asal Lotim yang bekerja di Arab sejauh ini dipandang aman-aman saja. Tidak ada informasi yang didengar mengalami masalah. Di soal mengenai ada indikasi jual beli TKW khusus ke Arab ini, Sirman enggan memberikan pernyataan. “Saya tidak berani komentar terkait hal itu,” ucapnya.

Jelasnya, proses pemberangkatan para TKI ke negeri Arab melalui proses pelatihan dulu. Yakni mengikuti proses pelatihan di Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKLN). Terhitung sejak Selasa itu pula, pemkab Lotim memberhentikan proses pemberangkatan TKI yang akan diikutikan dalam proses pelatihan itu.

Adanya indikasi jual beli TKW ternyata bukan isapan jempol. Temuan Suara NTB berdasarkan penuturan sejumlah mantan TKW yang berhasil diwawancara, ternyata sebagian besar TKW dibeli oleh sang majikan. Seperti dituturkan Raihanun, salah seorang mantan TKW asal Desa Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lotim. Terhitung sejak usia belasan tahun katanya dirinya sudah menginjak tanah Arab.

Empat kali sudah ia lalu lalang ke Negeri Unta itu menjadi pembantu rumah tangga. Keberangkatannya ke Negeri Arab melalui Perusahaan Penggerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) selama ini memang berjalan mulus. Ditanya soal jual beli TKW, diakuinya memang demikian adanya. “Kita memang dijual,” tuturnya.

Sang majikanlah yang membeli ke PJTKIS ini. Harganya pun mulai dari kisaran jutaan rupiah. Semua proses pemberangkatan menuju ke rumah sang majikan dibiayai oleh Majikan. Andil dari PJTKIS sendiri tidak diketahui, bahkan dipertanyakan.

“Mulai tiket, ongkos ke rumah majikan semuanya ditanggung oleh Majikan. Jadi kita sebenarnya memang dibeli dari PJTKI,” terangnya. Padahal di PJTKIS sendiri, ada keharusan bagi sang TKI untuk membayar. “Kita memang diminta uang, ada yang Rp 2 juta,” imbuhnya.

Raihanun menambahkan ia tahu dirinya dijual itu dari penuturan sang Majikan sendiri. Saat duduk-duduk santai, biasanya ia menyempatkan diri ngobrol dengan sang majikan. Sang Majikan mengaku aneh malah ketika mengetahui ada keharusan pembantunya membayar hutang kepada PJTKI. “Saya kan sudah mengirimkan uang ke Indonesia menebus kamu,” ucapnya mengutip penyataan sang majikan. Tidak jarang juga, gaji beberapa bulan pertama di potong langsung oleh PJTKI yang memberangkatkan.

Dikarenakan sebagian besar di jual itulah yang membuat sang Majikan terkadang arogan. “Saya bayar kamu mahal-mahal untuk bekerja dengan baik dengan saya,” demikian ucap Raihanun menuturkan ungkapan yang biasa terlontar dari mulut sang Majikan. Menyikapi hal itu, tidak ada hal lain yang harus dilakukan kecuali bersikap baik. Karena sang Majikan memang merasa berkuasa dengan uangnya.

Kuncinya agar bisa sukses, terang Raihanun adalah menjaga sikap tetap baik kepada majikan. Tidak pernah melawan dan selalu menuruti apa kemauan majikan. Inilah titik nadirnya menjadi TKW di negeri Arab. “Tergantung kita sebenarnya juga,” ucapnya. Menurutnya, jika pembantu bersikap baik maka orang Arab ini akan bersikap sangat baik juga.

Terkadang kerap terjadi masalah jika tidak mampu disikapi dengan baik. Seperti saat berhadapan dengan anak sang Majikan. Ketika berhadapan dengan anak majikan inilah yang kerap menjadi biang masalah. Jika salah sedikit saja, anak majikan ini kerap mengadu pada orang tuanya.

Disitulah yang menjadi pemicu masalah. “Anak-anak majikan ini kadang-kadang nakal-nakal, kita marahin sedikit diaduin ke orang tuanya. Kita lalu dimarah sama orang tuanya,” keluhnya. Pengalaman Raihanun sendiri disyukuri sejauh ini tidak sepahit seperti pemberitaan dimedia. Kepiawaiannya menyikapi semua masalah bisa mengeluarkannya dari masalah.

Mengenai gaji, tergantung kebaikan sang Majikan. “Kalau saya dulu Rp 600 real, sekarang katanya sudah sampai 800 real,” imbuhnya. Soal waktu, tergantung pula dari keinginan sang majikan. Ada yang bekerja dari sekitar pukul 08.00 pagi waktu setempat sampai sore. Ada juga yang sampai malam hari.

Menjadi TKW di Arab, jika tidak persiapkan diri dengan matang disarankan Raihanun untuk tidak dilakukan. Pasalnya, karakter sifat dan prangai orang-orang Arab beda dengan orang Indonesia. Jika tidak siap mental, maka kerap akan mengalami tekanan batin.

Jika melihat mudahnya mendapatkan uang Raihanun mengaku pingin kembali bekerja menjadi TKW. Namun setelah mendapatkan informasi dan adanya larangan dari pemerintah ia pun mengurungkan niatnya untuk berangkat lagi. Lebih-lebih saat ini ia sudah memiliki seorang putri dan larangan dari suami. Ditanya soal nama PJTKIS yang memberangkatkannya, Raihanun mengaku tidak menghafal nama-namanya.

Pengalaman sedikit berbeda dialami Sadariyah, TKW Arab asal desa Suralaga Kecamatan Suralaga. Dihubungi secara terpisah, TKW yang menjadi pembantu rumah tangga di Kota Dammah Arab Saudi ini mengaku sangat senang bekerja. Majikan sangat baik padanya.

Tamat di bangku Madrasah Tsnawiyah (MTs), beberapa tahun lalu ia memilih menjadi TKW karena himpitan ekonomi keluarga. Dua tahun lamanya ia Negeri Arab itu. Selama itu, majikan tidak pernah berbuat kasar. Bahkan ia berencana bulan ini akan kembali lagi ke negeri Arab.

Tiket pun sudah dipesankan oleh Majikan. Mengetahui adanya larangan berangkat, sepertinya kurang digubris oleh Sadariyah ini. Pasalnya, sang Majikan mengaku siap akan datang menjemput langsung. Sejauh ini, ia pun tenang-tenang saja tidak ada persoalan.

Ditanya soal adanya jual beli TKW, Sadariyah menjawab enteng saja. “Saya tak tahu kalo soal tu,” ucapnya. Adanya informasi mengenai TKW Ruyati yang dihukum pancung tidak diketahui keberadaannya secara pasti oleh Sadariyah ini. Katanya ia hanya mendengar dari pemberitaan di media. Ia pun mengaku tidak percaya sepenuhnya terhadap hal itu. Karena menurutnya, orang-orang Arab itu tidak jauh beda dengan orang Lombok. “Baik-baik sama seperti orang Lombok,” demikian pengakuannya.

“Bisa Bahasa Arab?” tanyanya Kepada Suara NTB tiba-tiba ditengah obrolan. “Laa astathi’..” jawab kami kemudian singkat karena memang bahasa Arab cukup sulit jika tidak dipelajari secara intensif. Sadariyah yang bercita-cita ingin melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi ini pun mengaku siap akan mengajarkan Bahasa Arab itu. “Nanti saya ajari,” janjinya dengan logat sedikit bercampur dengan gaya ngomong ala orang Arab ini

Sunday, June 26, 2011

Es Amaq Mus

Separuh usianya sudah dihabiskan untuk memikul dua rombong besar berisi aneka jajanan dingin. Ada es mambo, es lapis dan es buatan tangan lainnya. Kini usianya menginjak 60 tahun. Amak Mus, demikian ia biasa dipanggil mencoba untuk tetap bertahan. Tidak ada pekerjaan lain yang ia bisa kerjakan. Ia harus berjalan kaki setiap hari sepanjang puluhan kilo meter mendatamgi kerumunan warga seraya menawarkan jajanannya

 “ES es es es…sss” demikian biasanya teriakan pria paru baya yang sudah 35 tahun memikul dagangannya ini kala memanggil para pembeli. Berangkat seperti jam kerjanya para Pegawai Negeri Sipil (PNS) saat pergi ngantor, dari Rumahnya di Sikur Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur (Lotim) dengan berjalan kaki. Menyusuri jalan-jalan kampong. Melewati kecamatan-demi kecamatan. Saat lelah datang, kendaraan ojek pun jadi pilihan. Tidak jarang juga memilih cidomo mengantarkannya ke tempat yang menjadi target pasar penjualannya. Dari desanya, terbilang sejumlah kecamatan dia lalui. Mulai Sikur, Sukamulia, Masbagik, Aikmel, Wanasaba dan Labuhan Haji hingga ke Pringgabaya. Mengingat perjalanan yang jauh, bekal nasi bungkus tidak lupa ia siapkan untuk makan siangnya. Tempat yang paling sering di kunjungi adalah sawah-sawah di wilayah Kecamatan Pringgabaya, Wanasaba dan Labuhan Haji. Targetnya adalah para buruh tani yang kehausan di tengah sawah saat bekerja. Karena sudah ditekal lama, dagangan Amak Mus ini pun terbilang cukup diminati. Ditengah persaingan kemunculan beragam jenis penganan berbahan es. Seperti es krim dan lainnya, tidak menyurutkan semangat untuk menjual jenis es yang ternyata diambil dari orang lain. Dalam sehari ia mengambil dari pembuat es seharga Rp 70 ribu. Jika habis terjual, dalam sehari Amak Mus bisa mengantongi Rp 50 ribu sebagai laba bersihnya. Sebagai penjual es yang sudah lama. Amak Mus pun tidak segan-segan mengutangi pembeli. Pembeli yang kebetulan tidak membawa uang dengan ikhlas saja dia utangi. Pengalaman sebagai penjual keliling membuatnya tidak terlalu takut tidak dibayar. Itulah mengapa ia keliling..”Sekalian nagih..!” ucapnya. Es seharga Rp 70 ribu sudah bisa dipastikan cukup berat. Kisarannya mencapai mencapai Rp 35 kilogram (kg). Dipikul tiap hari tanpa kenal lelah. Tidak heran, punggung pria dua anak ini cukup kebal. Karena perjalanannya yang cukup jauh, tidak jarang Amak Mus tersesat. Tidak tahu jalan pulang. Ntah karena apa,, ia pun mengaku bingung kala itu. Biasanya, berangkat jam 7.00 pagi pulang jam 21.00. Namun saat ia tidak menemukan jalan pulang itu, tengah malam baru ia bisa sampai setelah sekian kali bertanya. Kehidupan keluarga yang kurang berada membuatnya tidak mampu menyekolahkan dua orang anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Cukup sampai tingkat SMA. Saat ini, kedua anaknya itupun sudah membuang diri ke negeri Jiran Malaysia. Menjadi TKI. Salah seorang diantaranya dituturkan telah menikah dan punya seorang putri. Doa dan Pengharapannya, nasib anak cucunya bisa lebih baik dari dirinya. Demikian Amak Mus.

Saturday, June 25, 2011

Akselerasi Gunung Rinjani Menjadi Destinasi Berdaya Saing




Kemolekan tujuan wisata (destinasi) wisata rinjani ingin terus dikembangkan untuk bisa memberikan manfaat lebih bagi kesejahteraan masyarakat. Mengacu pada rencana strategis nasional 2010-2014, ada 29 destinasi di 22 Provinsi yang akan dibentuk menjadi destinasi wisata yang berdaya saing. Gunung Rinjani dan Gunung Tambora yang dimiliki NTB masuk diantara 29 destinasi yang akan disentuh dengan program akselerasi destinasi yang berdaya saing. Yakni dikelola melalui konsep Destination Managemen Organization (DMO).


“NTB ini luar biasa satu-satunya provinsi yang mendapatkan dua destinasi yang akan dikelola dengan DMO,” ungkap Kepala Sub Direkktorat (Kabubdit) Keterpaduan Antar Wilayah Direktorat Jendral Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) RI, Drs. Agus Priyono, MM kepada wartawan di sela Focus Group Diskusi (FGD) di Masbagik Lotim, Rabu (22/6) kemarin.

Destinasi wisata diharapkan bisa memberikan hasil yang nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Karenanya, diperlukan keterlibatan masyarakat langsung. Kolaborasi para pelaku wisata dengan masyarakat. Destinasi wisata yang dikembangkan juga tetap menjaga kelestariannya. Tidak merusak lingkungan.

Agus mencontohkan, salah satu cara pengelolaan wisata yang dirancang tahun 1980-an yang kurang tepat adalah pengelolaan Bali. Dimana saat ini bali terkesan sudah sangat sesak. Tanah Toraja Sulawesi, destinasi wisata lainnya saat ini sudah sangat sulit terjangkau. Danau Toba, Sumatera dipersoalkan dengan kerusakan lingkungannya.

Tidak diinginkan, kejadian yang menimpa Bali, Toraja dan Toba itu berlaku di NTB. “NTB ini harus beda cara pengelolaan pariwisatanya. Harus dengan cara sendiri,” ungkapnya. Terpenting, dengan sentuhan DMO masyarakat di sekitar destinasi wisata tidak menjadi penonton namun turut diberdayakan, lingkungan tetap terjaga. Sehingga Destinasi wisata tetap bisa dinikmati sampai anak cucu. Komitmen pemerintah daerah, menjadi tonggak utama memulai pembangunan destinasi wisata.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Lotim, Ghufranuddin menyampaikan Gunung Rinjani merupakan asset pariwisata NTB. Gunung tertinggi di NTB itu 54 persen berada di kawasan Lotim. Pengelolaan Rinjani dihajatkan bisa memberikan nilai ekonomis yang nyata untuk kesejahteran masyarakat sekitar. Dimana, sektor pariwisata ini bisa menjadi pendongkak perekonomian.

Mengacu pada data jumlah kunjungan wisatawan ke Gunung Rinjani, catatan Rinjani Tracking Management Board (RTMB) sejak tahun 2008 sampai 2010 terus mengalami peningkatan. Masing masing 8.037 orang tahun 2008, sebanyak 8.542 tahun 2009 dan tahun 2010 mencapai 11.547. Sebagian besar merupakan wisatawan mancanegara.

Pemkab Lotim Akan Dirikan Perusda Penyalur TKI

Kabupaten Lombok Tumur (Lotim) disebut sebagai daerah paling banyak se NTB warganya yang bekerja menjadi TKI. Yakni sekitar 36 persen diketahui atau sebanyak 14 ribu lebih. Sejumlah fakta ditemukan, tidak sedikit para TKI dikibuli. Menyadari fakta pahit itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lotim sedang merancang pendirian Perusahaan Daerah (Perusda) yang khusus sebagai penyalur para TKI.

Demikian disampaikan Bupati Lotim, H.M. Sukiman Azmy saat menerima kunjungan Duta Besar Luar Biasa dan Bekuasa Penuh (LBBP) Indonesia Bandar Seribegawan Brunai Darussalam, Handriyo Kusumo Priyo di dampingi Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transimigrasi (Kadisnakertrans) NTB Ir. Mokhlis, MSi dan sejumlah pemilik PJTKI di Pendopo Bupati Lotim, Selasa (21/6) kemarin.

Pandangan Bupati, terlihat para pengarah TKI ke luar negeri makin hari makin kaya. Sementara keberadaan para TKI dianggap masih memprihatinkan. Didirikannya perusahaan pengarah TKI ini dimaksudkan bukan untuk menyaingi PJTKI yang telah ada. Namun, smeata ingin menjembatani dan membantu para TKI dari aspek permodalan.

Jajaran Pemkab Lotim sudah menghadap sejumlah pimpinan perbankan. Meminta diberikannya Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada TKI dan Pemda siap sebagai jaminan. KUR diharapkan bisa menjadi modal bagi para calon TKI untuk mengurus keberangkatannya. Campur tangan Pemda ini karena dilihat sejauh ini masih banyak perbankan yang enggan memberikan KUR kepada TKI. “Sampai sekarang banyak Bank yang tidak memberikan KUR pada TKI,” tegasnya.

Bupati menerangkan, keberadaan TKI asal Lotim di luar negeri sangat membantu kehidupan masyarakat Lotim. Dimana, Lotim dengan tingkat kemiskinan tertinggi di NTB. Dari 1,2 juta jiwa penduduk Lotim, sebanyak 25 persen atau sekitar 270 ribu lebih merupakan penduduk miskin.

Hanya saja dikeluhkan Bupati, jumlah remittance para TKI yang diterima masyarakat Lotim untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya tahun 2009 dibanding tahun 2010 mengalami penurunan. Tahun 2009 tercatat sebanyak Rp 238,3 miliar menurun menjadi Rp 198 miliar tahun 2010.

Persoalannya diakui Bupati banyak TKI asal Lotim ini yang bekerja dengan tingkat pengetahuan rendah. Catatannya sebanyak 85 persen tamatan SD bahkan ada yang buta huruf. Sebanyak 15 persen tamatan SMP dan 1 persen saja yang tamatan SMA sederajat. Tamatan pendidikan yang sejatinya memiliki skill, seperti Diploma I sampai Diplima III nihil. “Tamatan D1 sampai D3 nol persen,” imbuhnya.

Disampaikan Hanya mengandalkan tenaga, yakni sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Bekerja hanya sebagai buruh kasar saja. Harapannya, dengan telah dibentuknya Balai Latihan Kerja Internasional (BLKI) ke depan bisa mengirim tenaga-tenaga trampil. Bupati menginginkan, adanya keberimbangan antara kuantitas TKI dengan kualitasnya.

Friday, June 24, 2011

Terminal Pancor Akan Dijadikan Mall??

Tercatat sudah satu dekade, 10 tahun terminal Pancor Kecamatan Selong kurang begitu dimanfaatkan secara optimal. Fakta itu kemudian seperti memaksa Pemerintah Kabupaten Lombok Timur (Lotim) untuk beralih fungsi pemanfaatannya. Pemkab Lotim ini kemudian menggandeng Investor dari Korea yang akan medirikan pusat perbelanjaan, mall dan hotel di kawasan Terminal Pancor tersebut.

Demikian disampaikan Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Amunullah dalam rapat lanjutan membahas Memorandum of Understanding (MoU) alias nota kesepahaman antara Pemkab Lotim dengan PT. Indonesia International Development Company milik Investor asal Korea.

Lokasi terminal dipandang cukup refresentatif sebagai pusat perbelanjaan modern. Disamping itu, ada rencana pembangunan hotel berbintang. Dengan demikian, jika terealisasi, Lotim bisa memiliki fasilitas hotel yang refresentatif. “Selama ini kan Lotim hanya punya Losmen,” sebutnya.

Mengenai nama pusat perbelanjaan itu, Bupati Lotim, H.M. Sukiman Azmy kata Aminullah akan meresmikan sendiri. “Apakah nantinya berdama Mall Selong, Mall Pancor atau lainnya,” tuturnya. Mengacu pada pengalaman proses pembangunan, Staf Ahli ini meminta dapat diberikan gambaran yang jelas mengenai Master plan gedung yang akan dibangun. Harapannya, ketika nanti dibahas bersama anggota dewan dapat dengan mudah diterangkan.

Selanjutnya diterangkan Konsultan pembangunan mall dari pihak PT. Indonesia International Development Company, Supra Dewa, pihaknya meminta luas lahan 20.000 meter persegi. Ia sudah menyampaikan hal itu kepada Bupati Lotim langsung dan mendapatkan. Dari penjelasan Supra Dewa ini, terlihat rencana pembangunan sudah cukup matang. Dilihat dari telah dirancangnya MoU dan master plan gedung yang akan dibangun.

Saat bertemu dengan Bupati, Supra Dewa menuturkan nama diusulkan Bupati adalah Selaparang Mall. “Katanya mengacu pada kearifan lokal,” tuturnya. Dalam clausul draf MoU pasal demi pasal diterangkan Supra Dewa, tahap pembangunan terhitung mulai tahun 2011-2017 mendatang. Terbagi menjadi dua tahap. Pertama tahun 2011 sampai tahun 2013. Yakni pembangunan gedung Mall tiga lantai. Di dalamnya ada swalayan, departemen store dan fasilitas hiburan lainnya.

Tahap ke dua baru membangun hotel lima lantai. Di dalam hotel itu ada retauran, kolam renang dan meeting room. Hal itu sesuai dengan permintaan Bupati, dimana Lotim katanya kekurangan ruang pertemuan dewasa ini.

Investor disebut sebagai pihak pertama dalam MoU tersebut diwajibkan mengeluarkan uang jaminan senilai Rp 1 miliar. Dana itu disetor ke Bank daerah. Baru boleh diambil setelah 10 persen bangunan fisik selesai.

Keberadaan Mall dan fasilitas perhotelan yang menjadi satu-satunya di Lotim siap akan membayar royalty senilai Rp 150 juta pertahun ditahun pertama. Setiap tahunya, dijanjikan akan meningkat minimal 5 persen. Royalti itu diluar pajak dan retribusi lainnya, seperti parkir. Dimana untuk parkir saja akan diserahkan 30 persennya.

Jika pembayaran retribusi, royalti dan pemenuhan kewajiban investor ini terlambat maka sanksi juga cukup terang diatur dalam MoU tersbeut. Antara lain diharuskan membayar denda sebagaimana ketentuan lebih lanjut.

Mengenai batas waktu kontrak, dalam sebuah pasal di MoU tersebut menyatakan batas waktu kontrak pertama adalah 30 tahun. Baru kemudian melakukan perpanjangan. Perpanjangannya pun paling lama 20 tahun.

Sangga Sembalun

Sebelum krisis moneter melanda Indonesia tahun 1998 silam, kawasan pertanian Sembalun Kabupaten Lombok Timur (Lotim) terkenal dengan komoditi bawang putih. Sebuah komoditi andalan yang selama satu dekade ini telah lenyap. Tahun 2011 ini, bawang putih dengan varietas unggulan Sangga Sembalun yang mulai langka ini coba untuk diselamatkan.

Dituturkan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Lotim, Ir. H. L. Khalid Tarmizi bersama salah seorang Penggerak Membangun Desa (PMD) Sembalun, Ruspaeni, SP menyatakan pada masa jayanya bawang putih Sembalun, masyarakat petani terbilang cukup sejahtera. “Gara-gara bawang putih, satu desa bisa naik haji di Sembalun,” papar Khalid.

Varietas Sangga Sembalun telah menjadi varietas langka. Menyadari hal itu, pemerintah pusat telah mencoba memberikan bantuan benih langsung kepada petani agar melakukan penangkaran terhadap benih ini. Penanaman bawang putih ini juga bagian dari upaya menghalau laju impor bawang putih yang cukup besar dewasa ini.

Sekitar 2 hektar (ha) diminta pusat untuk dikembangkan. Oleh para petani Sembalun kemudian mengembangkannya menjadi 3,25 hektar. “Total bibit yang telah disiapkan sekitar 3 ton,” timpal Ruspaeni.

Upaya penyelamatan bibit langka ini sudah mulai dilakukan dan hasilnya cukup bagus. Hasil panen diniatkan Ruspaeni tidak untuk dijual. Namun untuk dikembangkan dulu sampai benar-benar cukup banyak dan tidak menjadi langka. Diupayakan juga, ke depan ada sertifikasi benih Sangga Sembalun ini. Karena satu-satunya hanya ada di Sembalun.

Di sejumlah daerah lain, ada varietas Limbu Hijau milik daerah Karang Anyar Jawa Tengah. Varietas ini sudah disertifikasi. Ada juga jenis varietas lain, yang disebut limbu kuning. Varietas Sangga Sembalun dipandang memiliki keunggulan jauh dibandingkan limbu kuning maupun limbu hijau. Baik dari segi produktivitas maupun dari segi rasa termasuk nilai jual.

Sangga Sembalun mampu produksi rata-rata 35 ton perhektar, sedangkan limbu kuning dan limbu hijau hanya mampu maksimal sampai 10-20 ton perhektar. Menghasilkan bawang putih yang bagus, dibutuhkan waktu hanya 120 hari.

Mengenai nilai jual, Sangga Sembalun terbilang cukup mahal. Harga yang baru panen, masih dalam kondisi basah bias mencapai Rp 950-1 juta per kwintal. Kondisi kering bisa dijual seharga Rp 2,5 juta per kwintal. Paling mahal harga benihnya yang bisa tembus Rp 4 juta perkwintal. Mengingat harga benih yang cukup mahal itulah, pada proses awal penanaman ini petani sepakat untuk tidak menjadikan benih terlebih dahulu.

Soal rasa, kandungan astiri bawang putih varietas Sangga Sembalun ini cukup tinggi. Siung bawang ini juga cukup besar. Tidak kalah saing dengan bawang-bawang hasil impor

MTQ XXIV Lotim, Upaya Nyata Membumikan Al-Quran

Kamis (23/6) lalu, jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Timur (Lotim) mulai menggelar Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke XXIV. Upaya nyata membumikan al-Quran menuju Lotim yang adil dalam kesejahteraan dan sejahtera dalam keadilan dalam lindungan Allah SWT itu akan dipusatkan di Wisma Haji Selong.

Ketua Umum Panitia MTQ, Dra. Hj. Sri Utami Afianti, M.AP mengatakan pelaksanaan MTQ kali ini bisa disaksikan secara terbuka oleh semua lapisan elemen masyarakat. Dimana, MTQ ini juga dirangkaikan dengan kegiatan pameran buku-buku bernuansa islami.

Pelaksanaan MTQ kali ini dihajatkan bisa lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. MTQ bisa mencetak para qori’-qoriah (Pembaca) Quran terbaik Lotim, Hafidz-hafidzah (Penghafal) Quran terbaik Mufassir dan Mufassirah (Penerjemah) Quran terbaik. Nantinya, saat berlaga di tingkat provinsi bisa mengharumkan nama baik Lotim, serta bisa menjadi juara berlaga ditingkat nasional bahkan internasional.

Digelarnya MTQ ini tidak sekadar rutinitas tahunan birokrasi. Namun ingin dicapai tujuan dan tema besarnya. Antara lain menjadi ajang pembinaan dan kaderisasi bagi qori’qor’iah, hafidz hafidzah,mufassir mufassirah dan meningkatnya minat baca terhadap kitab Suci al-Quran. Terpenting tidak saja mampu menghafal, menulis dan memahami isi al-Quran, namun bisa menjalankan dan menyampaikan apa yang menjadi tuntunan Quran.

Asisten III Setda Loti mini menambahkan, MTQ sebagai ajang ukhuwah islamiyah, diharapkan pelaksanaannya bisa berjalan baik dan lancar. Para peserta cukup banyak. Dimana, masing-masing kecamatan akan mengutus 50 peserta dengan dua orang official dan satu orang pelatih.

Cabang-cabang yang dilombakan, antara lain Cabang Tilawah tiga golongan, dewasa, remaja dan anak-anak. Cabang tilawah golongan cacat netra, tartil, tahfidz, qiroatussab’ah, fahmil Quran, Syahril Quran dan Khottil Quran.

Pasca MTQ, pemkab Lotim tidak melepas begitu saja. Telah dijadwalkan ada pemusatan latihan lagi, Training Centre (TC) bagi para juara. Yakni mereka yang dipastikan ikut dalam ajang MTQ tingkat provinsi yang diketahui rencananya akan digelar di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) September 2011 mendatang.

Penas XIII, Bisakah Hadirkan Nilai Tambah Nyata Bagi Petani?

Terhitung sejak Sabtu (18/6) hingga Kamis (23/6) lalu, bertempat di Stadion Aji Imbut Desa Perjiwa Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kertanegara (Kukar) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) digelar pertemuan para petani se Nusantara. Pekan Nasional (Penas) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) ke XIII. Sebanyak 30 ribu orang lebih memadati gelanggang olah raga di Kabupaten terkaya di Indonesia itu.

PROVINSI NTB turut mengirimkan utusan mengikuti ajang pesta dan berbagi inovasi para petani yang digelar empat tahun sekali itu. “ ini ajang silaturrahmi dan berharap bermacam-macam temuan yang ada disini bisa ditindaklanjuti untuk mencapai kesejahteraan petani,” komentar Asisten I Sekretariat Daerah NTB, H.M. Nur Asikin Amin yang berada di lokasi pameran seusai pembukaan Penas oleh Wakil Presiden RI, H. Boediono Sabtu lalu.

Hasil Penas diharap bisa memberikan nilai tambah yang nyata bagi para petani. Dimana, ajang penas itu ada kesempatan saling berbagi. Melihat teknologi yang digunakan para petani daerah lain.

“Penas ini adalah ajang pertukaran informasi dan pengalaman,” timpal Bupati Dompu, H. Bambang M. Yasin yang juga berada di lokasi pameran. Bertukar pengalaman dinilai sebuah upaya yang paling penting. Tentunya, hasil yang dibawa pulang memang harus nyata.

Ajang Penas tentu tidak sekedar duduk manis di stand pameran atau hanya sekedar mengikuti serangkaian acara seremonial tanpa berbuat apa-apa. Pasalnya, tujuan yang ingin di capai cukup berat. Menuju petani yang sejahtera.

Tugas pemerintah dalam upaya mewujudkan petani yang sejahtera itu harus dilakukan secara fokus. Seperti Dompu dimisalkan mencoba fokus pada pengembangan jagung. Untuk itu, keberpihakan anggaran juga sangat menentukan.

Pantauan Suara NTB di Lokasi Penas XIII, memperlihatkan keikutsertaan sekitar 470 utusan NTB ini terkesan hanya pada seremonial saja. Dimana, momentum untuk bisa bertukar informasi dan upaya penemuan teknologi baru yang nantinya akan diterapkan tidak terlihat. Utamanya di stan pameran produk-produk pertanian NTB.

Paling banyak yang dipamerkan adalah mutiara. Terang saja, dominasi pengunjung terlihat hanya di stan yang ada mutiaranya. Stan Badan Ketahanan Pangan (BKP) yang hanya menampilkan buku dan sejumlah produk olahan, Dinas Perkebunan (Disbun) NTB yang hanya mempertontonkan daun tembakau yang dikeringkan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) NTB yang hanya menampilkan gambar sapi seperti tidak ada yang melirik sama sekali.

Begitupun yang terlihat untuk Stan Kabupaten Lombok Timur (Lotim), Lombok Tengah (Loteng), Lombok Barat (Lobar) dan kabupaten lainnya. Maraknya pengunjung terlihat hanya saat mencicipi makanan yang disajikan. Seperti stan Kabupaten Lombok Barat (Lobar) yang menyajikan ceretan berisi air narmada. Begitupun di stan BKP NTB yang menyajikan makanan-makanan olahan.

Parahnya lagi, sejumlah stan yang telah dengan susah payah dibuat itu kerap sepi. Bagaimana tidak, jangankan pengunjung para penjaga stan pun tidak terlihat. Kejadian ini terlihat di stan BKP NTB. Petugas yang bertugas tidak diketahui kemana perginya.

Di stan Kota Bima, terlihat yang banyak dipertontonkan adalah sarung tenun. Kata wakil Walikota yang menyempatkan hadir event tersebut, pihaknya fokus ingin mempromosikan hasil kreativitas penenun.

Semua sajian yang diperlihatkan para utusan kabupaten ini tampak belum sesuai dengan yang diharapkan. Tampak yang cukup kreatif mempromosikan pertanian sesuai dengan tujuan utama digelarnya Penas XIII hanya Kota Mataram. Dengan suguhan andalan Mangga Mentaram, sangat diminati para pengunjung.

Dituturkan Fahrurrazi, sebanyak 15 buah pohon yang rela ia bawa bersama timnya ke Kaltim ini habis terjual pada hari pertama Pameran dibuka. Bahkan, ada juga yang minta dikirimkan lewat paket. “Saya puas, teknologi yang kita unggulkan sangat diminati,” ucapnya.

Belajar ke Daerah Lain

Selanjutnya, salah satu tujuan lainnya yang ingin dicapai dalam momentum Penas XIII ini adalah mempelajari apa yang menjadi kelebihan daerah lain. Seperti diniatkan BKP NTB, disampaikan Kepala Bidang Ketahanan Pangan BKP NTB, Ir. L. Sukariadi.

Dikatakan, Provinsi NTB yang masuk kategori daerah tertinggal perlu banyak belajar kepada daerah yang sudah cukup maju pengembangan pertaniannya. Penas bisa dijadikan kesempatan untuk menggali tambahan pengetahuan dalam pengelolaan pertanian.

Dalam kegiatan Penas XIII tersebut BKP NTB ingin fokus mensosialisasikan ketahanan pangan, diversifikasi pangan. Karenanya ditampilkan BKP ini sejumlah produk olahan yang menggunakan pangan lokal yang beragam. Harapannya, dengan pertemuan ini para petani bisa saling menimba ilmu dengan petani daerah lain.

NTB dicita-citakan tahun 2011 ini bisa terus meningkatkan produksi pangannya. Utamanya beras yang ditargetkan bisa mencapai 2 juta ton. Bisa terus menjadi penyangga beras nasional. Untuk mencapai itu, diperlukan pengetahuan dan pembelajaran. Termasuk, pemanfaatan teknologi yang turut dipamerkan dalam ajang Penas XIII.

Melihat beberapa tujuan yang besar itu, Sukariadi membantah kalau diikutinya ajang itu terkesan hanya tidak ada manfaatnya. Bukan pula untuk buang-buang uang. Namun dipastikan akan benar-benar bermafaat untuk pengembangan dunia pertanian NTB ke depan.

Senada dengan Sukariadi, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB, Ir. H. Abdul Maad, MM mengatakan, Penas XIII ini merupakan ajang saling tukar informasi. Tempat menukar teknologi dari petani-petani yang ada di seluruh Indonesia. Beberapa event akan dilakukan. Ada temu teknologi. Ada temuan teknologi tepat guna. Akan ada perlombaan juga, mengadu mana yang lebih kreatif dan inovatif petani kita.

“NTB akan mengikuti 14 mata event,” ucapnya. Antara lain, ikuti lomba teknologi. Ada juga temuan-temuan baru. Unggulan NTB teknologi adalah budidaya pertanian, pengendalian hama penyakit. Pengendalian hama Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) secara alamiah. Kita menggunakan bahan baku nabati yang tersedia di daerah yang bisa berfungsi sebagai festisida.

Wednesday, June 15, 2011

Pengusaha Jagung di Lotim Belum Tertarik iPasar


HARGA jagung di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) saat ini rata-rata Rp 275-280 ribu/kwintal atau setara Rp 2800/kilogram (kg). Angka tersebut terbilang cukup mahal dan cukup menguntungkan bagi para pengumpul. Termasuk bagi para petani.

Hal itu diutarakan seorang pengumpul jagung asal Desa Mamben Daya Kecamatan Wanasaba, Ihsan. Ditemui Suara NTB di gudang penyimpanan jagungnya Senin (13/6), Ihsan yang akrab dipanggil Ican ini menuturkan jagung-jagung yang dikumpulkannya itu sebagian besar dijual ke luar daerah. Ke Probolinggo Jawa Timur (Jatim) dan ke Denpasar Bali.

Harga jagung saat ini, lanjutnya sudah bertahan selama dua minggu terakhir. Harga itu pun dianggap cukup stabil. Dibandingkan beberapa saat yang lalu. “Pernah juga tembus sampai Rp 300 ribu/kwintal,” tuturnya. Cukup menjanjikannya harga jagung itu membuat margin keuntungan yang diperoleh cukup besar juga.

Hanya saja, untuk saat ini ia mengaku kesulitan mendapatkan barang. Pasalnya, memasuki pertengahan tahun 2011 ini, sejumlah petani tampak masih memilih menanam padi dibandingkan palawija. Akibatnya, stok palawija, utamanya jagung beberapa bulan terakhir ini dianggap cukup sulit untuk diperoleh.

Ican menuturkan, biasanya ketika jagung lagi ramai, ia bisa mengirim ke luar daerah rata-rata 80 ton/minggu. Sementara saat ini, ia hanya bisa paling banyak 11 ton perminggu.

Sebagai pengumpul, Ican mengaku jagung-jagung yang didatangkan ke gudangnya ini berasal dari sejumlah daerah di NTB. Termasuk dari Pulau Sumbawa. Menggeluti usaha dibidang jual beli jagung ini dimulai sejak tahun 2005. Dengan jaringan yang telah dimiliki, membuat sistem beli jagung cukup menguntungkan.

Ditanya soal iPasar, Ican mengatakan tidak terlalu banyak taku dan tampak tidak terlalu ingin mengetahuinya. Mekanisme penjualan yang sekarang digelutinya dirasa sudah cukup menjanjikan. Sepenngetahuannya, Konsep iPasar dinilai sama saja dengan sitem pabrikan. Menuntut untuk pengadaan barang yang sesuai dengan standard. Seperti harus memenuhi kadar air dan semacamnya.

Mekanisme penjualan dengan memperhatikan standar itu dianggap menyulitkan petani. Pasalnya, ketika petani sudah selesai panen kadar air memang masih cukup tinggi. Pabrik kerap menawarkan kadar air rendah. Sementara, para pengumpul lebih berfikir cepat. Jika harus menunggu sampai kadar air sesuai permintaan, kerugian ditaksir jauh lebih besar.

Berdasarkan hal itu, maka para pengumpul ini lebih tertarik menjual ke luar daerah dibandingkan mengikuti tawaran iPasar dengan konsep lelang internetnya.

Letak kerugiannya, terang Ican tentunya pada transportasi dan juga pada harga pembelian. Dimana, sebelum kadar air memenuhi standar pabrik itu harga sudah jauh susutnya. Sementara itu, sistem penjualan ke luar daerah masih mempertimbangkan berat bersih. Uangnya pun langsung bisa diterima.

Menanam Padi Tanpa Penyemaian, Bisakah?

Sebagian besar petani mengenal cara menanam padi dengan cara disemaikan terlebih dulu. Dilakukannya persemaian ini guna mendapatkan bibit yang unggul. Orang Lombok Timur (Lotim) menyebutnya ngampar padi, yakni ditempat khusus. Setelah dirasa usianya cukup baru dipindahkan ke tempat yang telah disiapkan. Namun cara itu kemudian termentahkan dengan adanya teknologi baru, padi bisa ditanam langsung seperti menanam jagung. Bisakah?

TEKNOLOGI itu dibuktikan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rinjani Permai Desa Sukadana Kecamatan Terara Kabupaten Lotim. Alhasil, dengan mengikuti aturan yang diajarkan Petani Desa Sukadana ini berhasil menghasilkan bulir padi yang jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem penanaman cara lama.

Diungkapkan Ketua Gapoktan Rinjani Permai, Syahabudin saat acara panen perdana padi Tabela, di sawah Desa Sukadana Selasa (14/6) kemarin, sistem Tabela ini terbukti jauh lebih menguntungkan. Tentunya dilihat dari segi biaya. Tidak butuh terlalu banyak ongkos tanam, hemat air, hemat waktu dan ternyata jauh lebih kebal Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Bibit yang dibutuhkan jauh lebih hemat. Dimana, rata-rata dengan sistem Tabela ini hanya butuhkan bibit 20 kilogram (kg)/hektar (ha). Sedangkan untuk cara lama dibutuhkan sekitar 25-30 kg/ha.

Potensi hasil panen, ternyata jauh lebih banyak dengan sistem Tabela dibandingkan dengan cara lama. Yakni bisa memberikan hasil ubinan 13,4 ton/ha Gabah Kering Panen (GKP). Sementara, cara lama hanya bisa tembus maksimal 9-10 ton/ha GKP.

Sebelum menanam padi, perhatian utamanya pada aspek persiapan lahan. Pada prinsipnya, pengelolaan lahan untuk persiapan lahan bertanam padi Tabela hampir sama dengan persiapan bertanam padi secara umum. Melakukan pembajagan sampai dua arah, galengan ditamping dan dipopok agar tidak keluar ke petak yang lain. Setelah dibajag, lahan diratakan agar distribusi dan penyebaran air bisa lebih merata.

Sistem Tabela ini juga butuh dibuatkan caren, yakni selokan kecil sedalam 10-20 centi meter (cm). Cara pembuatan caren ini cukup dengan menggunakan alat yang biasanya dipakai petani, seperti cangkul atau lebih cepat menggunakan alat yang sudah dimodifikasi.

Pembuatan caren ini dimaksudkan untuk memudahkan petani melakukan penyemprotan dan pemupukan. Serta memudahkan petani dari serangan hama, seperti keong. Caren ini juga bisa berfungsi untuk mengeluarkan genangan air saat atau setelah musim hujan.

Bertanam padi dengan sistem Tabela, disarankan pada usia padi baru 10 hari lahannya tetap dalam kondisi lembab. Hal ini sangat menghemat air. Baru setelah usia diatas itu, diairi dengan cukup 2-3 kali dalam sehari. Padi tabela, tidak butuh digenani air terus menerus. Pasalnya, akarnya sudah cukup banyak.
Adapun cara menanam cukup sederhana, hanya menggunakan alat yang sudah dimodifikasi. Dengan menggunakan alat ini, sangat menghemat tenaga. Perorang bisa menanam dalam waktu cepat dan cukup luas. Tidak seperti sistem lama, yang membutuhkan banyak orang untuk menanam padi yang telah selesai disemaikan itu.

Alat dimaksudkan adalah, baytani. Sebuah alat yang terbuat dari pipa paralon yang dilubangi. Dimodifikasi dengan kayu dan dibuat tempat penarikan. Benih yang akan ditanam, dimasukkan dalam baytani setelah itu tinggal ditarik saja. Secara otomatis, sejengkal demi sejengkal padi keluar dari lubang pipa paralon ke tanah yang telah dibentuk oleh alat baytani itu sendiri. Karenanya, waktu menanam pun cukup singkat. Tinggal melakukan pemeliharaan dengan obat-obatan.

Temuan PT. Bayer Indonesia itu disambut baik Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Lotim, H.L. Khalid Tarmizi. Ia pun menyarankan petani bisa mengembangkan teknologi terbaru itu. Dengan melihat hasil yang dipanen, Selasa kemarin.

Dikatakan Khalid, sentuhan teknologi Tabela ini merupakan salah satu langkah revitalisasi pertanian. Revitalisasi teknologi. Diyakini, setelah nanti banyak petani Lotim yang melihat hasilnya akan banyak yang akan mengikuti pemanfaatan teknologi tersebut.

Pemanfaatan teknologi ini juga bisa mendukung percepatan pencapaian produksi padi yang lebih banyak. Dituturkan Kadis tahun 2011 ini, cukup banyak bantuan pemerintah yang digelontorkan ke petani.

Disbeutkan, bantuan langsung benih unggul (BLBU) padi hibrida sebanyak 178.125 kg. Cadangan Benih Nasional (CBN) untuk padi gogo sebanyak 25 ton, Sekolah Lapang Pengembangan Tanaman Terpadu (SLPTT) untuk padi non hibrida sebanyak 33 ton benih padi. Lain lagi, bantuan untuk benih jagung dan kedelai.

Kredit Mengendap Petani Tembakau Capai Rp 1,6 Triliun


Sejumlah petani tembakau di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) mengalami sindrom ketakutan. Musim tanam tembakau selama dua tahun terakhir, 2009-2010 benar-benar memukul para petani tersebut. Karenanya, pada musim tanam 2011 disinyalir banyak petani tembakau yang memilih tidak menanam tembakau. Pasalnya, kredit diperbankan masih menumpuk. Terhitung dari semua jumlah petani di Lotim, total kredit yang masih mengendap mencapai Rp 1,6 triliun.

Demikian perhitungan salah seorang petani tembakau asal desa Kota Raja Kecamatan Sikur Lotim, Lalu Arwan, SH. Petani yang juga mantan anggota DPRD Lotim politisi Partai Demokrasi Indonesia Pembangunan (PDIP) menyebut, jumlah petani di Lotim sebanyak 16.000 lebih. Tingkat kerugian yang dialami petani mencapai Rp 100-500 juta. “Jadi akumulasi kerugian petani ini mencapai Rp 1,6 triliun,” tegasnya.

Kredit macet karena petani sebagian besar tidak bisa membayar. Kerugian yang dialami petani membuat petani tidak bisa membayar hutang-hutang di perbankan. “terjadi kemacetan pembayaran kredit, silahkan bisa di cek di perbankan-perbankan,” unggahnya.

Pemerintah harapannya bisa memperhatikan nasib para petani ini. Dimana aspek permodalan menjadi kendala terbesar petani. Dana Bagi Hasil Cuhai Hasil Tembakau (DBH CHT) diharap bisa menjadi solusi terhadap persoalan petani itu. Namun sejauh ini belum ada yang turun dana tersebut.

Diketahui, pemerintah menjanjikan akan memberikan kredit lunak DBH CHT. Untuk Kabupaten Lotim diketahui nilainya mencapai Rp 32 miliar dari Rp 130 miliar yang diperoleh Provinsi NTB tahun 2011 ini meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 109 miliar lebih.

Pola pemberian bantuan ke petani dengan memberikan kompor tembakau batu bara (Tembara) dipandang kurang tepat. Terlihat dengan banyaknya kompor tembara yang terpaksa dijual oleh petani ke tukang besi Rp 150 ribu.

Hal senada diutarakan H. Nurman Hamsyu, petani yang juga Kepala Desa Kota Raja ini mengaku selama dua tahun terakhir menanam tembakau selalu mengalami kerugian cukup besar. Terakhir tahun 2010 lalu, ia menanam di atas lahan seluas 4 hektar (ha).

Modalnya mencapai ratusan juta rupiah. Akibat merugi Rp 120 juta, ia pun terpaksa belum bisa membayar kredit di Bank Narapada Nusa Labu Api Lombok Barat (Lobar). Mengambil kredit diperbankan yang jauh dari rumahnya karena dipandang hanya perbankan itu yang memberikan kredit.

Soal jumlah petani yang minim menanam tembakau dibenarkannya. Disebukan di Desa Kota Raja diketahui sebanyak 70 orang petani tembakau. Pada musim tahun ini yang menanam hanya 3-5 orang saja. Hal itu, kembali disebabkan karena para petani yang terjebak kredit yang macet. “Jadi kita semua (petani tembakau-red) ini terkendala modal,” demikian ucapnya.

Sunday, April 24, 2011

Harga Cabe di Lotim Bertahan Rp 40 Ribu Per Kg


Harga cabe rawit di Lombok Timur (Lotim) sampai saat ini masih bisa membuat petani tersenyum. Setelah beberapa bulan lalu tembus dengan harga Rp 125-150 ribu per kilogram (kg). Saat ini harga si kecil yang pedas itu masih bertahan Rp 40 ribu per kg. Ditingkat petani, dibeli Rp 35 ribu per kg.

Demikian dituturkan Hajjah Zulrahmiainy, petani Subak Lendang Mudung Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lotim. Ia menuturkan para petani saat ini sudah mulai berbondong-bondong menanam cabe rawit. Di kawasan Subak Lendang Mudung ini, sudah puluhan petani mencoba beralih menanam cabe.

Beberapa waktu lalu, tanaman jenis cabe di kawasan pertanian subur ini jarang ditanam petani. Hal itu karena margin keuntungan yang diperoleh petani masih sangat kecil. Melonjaknya harga cabe rawit kali pertama sepanjang tahun beberapa waktu lalu sontak membuat para petani tergiur untuk menanam.

Dituturkan Zulrahmiainy, harga cabe ini sudah bertahan cukup lama. Terhitung sudah tujuh bulan lamanya, harga cabe rawit ini bertahan dengan harga yang dianggap cukup menguntungkan petani. Hanya saja, ketika terjadi banyak yang menanam berimbas pada penurunan harga.

Setelah tembus harga tertinggi melebihi Rp 100 ribu perkilogram dan sempat membuat orang nomor satu di Indonesia turut memusingkan hal itu, harga cabe rawit ini terus mengalami penurunan.

Dengan harga Rp 40 ribu saat ini sudah bertahan selama tiga bulan terakhir. Harapan petani, harga bisa lebih mahal lagi. Pasalnya, beberapa waktu lalu harga cabe tidak pernah tembus dengan harga yang menggiurkan seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.

Menanam cabe rawit, membutuhkan waktu yang cukup lama baru bisa memetik hasil. Setelah proses tanam, butuh waktu menunggu 3-4 bulan lamanya baru bisa panen. Mulai ada yang matang. Setelah itu, selang beberapa hari baru bisa metik lagi.

Usia cabe rawit, terbilang cukup lama dibandingkan jenis tanaman lainnya. Usianya bisa mencapai satu tahun baru ia dianggap tidak berbuah lagi. Artinya butuh waktu cukup lama untuk panen. Rata-rata panen seminggu dua kali. Dalam setahun panen bisa dilakukan berkali-kali.

Mahalnya, harga cabe rawit ini diketahui karena jarang sekali tanaman cabe petani yang bisa menghasilkan buah yang bagus. Iklim yang kurang bersahabat, hujan terus menerus sangat berpengaruh pada produktivitas cabe. Bagi petani Subak Lendang Mudung ini, perlindungan dengan menggunakan beragam jenis festisida wajib dilakukan. (rusliadi)

Thursday, February 10, 2011

Sumbangan Pertambangan, Kerap Timbulkan Ketidakpuasan Daerah



Pertumbuhan ekonomi NTB diketahui pada triwulan ke III tahun 2010 cukup tinggi. Bahkan paling tinggi secara nasional. Tergambar dalam sebuah grafik perbandingan 33 provinsi, yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), NTB menempai posisi teratas disusul ke bawah provinsi Sulawesi Barat, Sulawesi tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara. Posisi terendah adalah Papua yang digambarkan tumbuh minus sampai 10,41 persen. Posisi ke dua terbawah, Riau 2,70 persen dan Nangro Aceh Darussalam 3,05 persen.

SECARA kumulatif sampai dengan triwulan III 2010 ini perekonomian NTB tumbuh sebesar 13,01 persen. Jauh dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2009 lalu. Hanya saja, pertambangan non migas yang menjadi primadona ekonomi NTB pada catatan terakhir kondisi pertumbuhan ekonomi itu. Pasalnya, jika keluar dari hitungan pertambangan non migas tersebut, pertumbuhan ekonomi NTB menjadi 4,85 persen.

Sektor-sektor unggulan NTB, Jagung, Sapi dan Rumput laut sama sekali belum terlihat karena memang sumbangan yang terlalu kecil. Utamanya sektir pertanian yang digadang bisa memberikan sumbangan lebih belum bisa seperti pertambangan. Padahal, diakui masyarakat NTB sebagian besar bekerja di sector pertanian.

Tingginya sumbangan sektor pertambangan pada triwulan ke III tahun 2010 diterangkan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben), Eko Bambang Sutedjo, diakui karena harga komoditi pertambangan yang cukup tinggi. Setidaknya ada dua kuncinya pertambangan dicatat tetap mendominasi.

Pertama di sebutkan Eko, volume produksi pertambangan yang cukup tinggi. Ke dua, harga sangat mendukung. “Harga komoditas tambang ini sangat tinggi,” ucapnya. Mainannya pun ekspor, tembus ke pasar dunia. Untuk hasil tambang konsentrat tembaga yang diekspor, catatan terakbir BPS NTB , tembus dengan harga 154,971 juta Dolar Amerika.

Analisa Kadistamben NTB ini bisa saja benar, karena terlihat dari pajak dan royalty yang dibayarkan PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT) ke pemerintah pusat cukup besar tahun 2010 itu, jauh lebih besar dibandingkan tahun 2009. Pernah disebutkan, Manajer Kasan Mulyono, NNT menyetor ke pusat tahun 2009 sebesar Rp 3,9 miliar dan tahun 2010 ini kemungkinan besar bisa tembus Rp 5 miliar. Tentunya, belum lagi bayaran yang lainnya.

Semua fulus tambang itu tidak bisa sepenuhnya digunakan untuk kesejahteraan didaerah penghasil tambang semata. Dijelaskan, Eko Bambang, terhalang sama kebijakan fiscal yang bersifat terpusat. Diakui sumbangan pajak dan royalti melalui pertambangan memang cukup besar, namun semuanya harus ke pusat dulu baru kemudian disalurkan ke daerah.

Penyaluran ke daerah itupun, tidak sepenuhnya ke daerah pengasil. Pasalnya, pemerintah pusat harus membagi-baginya dengan daerah lain. Hal itu dilakukan pemerintah pusat, karena Negara Indonesia merupakan Negara kesatuan. “Kita kan berada dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ucapnya.

Kebijakan penyaluran dana perimbangan yang disalurkan pemerintah pusat itu yang kerap membuat pemerintah daerah merasa tidak puas. Memang ada tambahan melalui dana devident tang diterima daerah. Namun penyaluran itu ada aturan sendiri. “Kita semua kan harus mengikuti instrument yang tertuang dalam undang-undang,” imbuhnya.

Sumbangan tambang tinggi, namun kesan semu tidak saja dirasakan pemerintah di NTB. Daerah-daerah lain yang juga penghasil tambang, dirasa juga tidak puas dengan dana bagi hasil yang peroleh dari proses pertambangan. Untuk merubah kebijakan pemerintah itu, maka manajemen pemerintah itulah yang harus dirubah. Tentunya lewat lembaga legislative.

Karena itulah, pemerintah yang berada di daerah penghasil mencoba mencari jalan lain. Mencari peluang melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) atau dana Commodity Development (Comdev) yang dikeluarkan perusahaan tambang. Melalui comdev dan CSR inilah coba disentuh oleh pemerintah program-program strategis dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Sebagai contoh, sebut Eko, tahun 2011 ini PT. NNT akan membeli sedikitnya 1500 ekor sapi sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan NTB Bumi Sejuta Sapi (BSS). Program-program lainnya juga. Sadar masih kecilnya perolehan yang diterima daerah, pemerintah terus mendorong perusahaan tambang untuk mengeluarkan comdev. Dari dana tambang kurang, namun bukan berarti tidak lebih kreatif dalam mencari celah untuk memperoleh dana selain devident dari perusahaan tambang.

Pengamat pertambangan, H. Agusfian Wahab, SH pernah menyebutkan, bahwa, apa yang diterima daerah NTB pada khususnya terkait dengan keberadaan tambang selama ini masih kurang layak. Pemerintah daerah NTB, pemerintah kabupaten penghasil dan pemerintah provinsi harus bersama-sama memperjuangkan agar bisa mendapatkan lebih. Puluhan miliar dana comdev pun sejauh ini yang diterima KSB misalnya dirasa masih kurang.

Usulan adanya revisi terhadap Kontrak Karya (KK) pun disetujui Agusfian. Dengan harapan benar-benar demi kesejahteraan rakyat