Thursday, June 30, 2011

MAJIKAN ARAB Keluarkan UANG BANYAK untuk BELI TKW

Kabupaten Lombok Timur (Lotim) terbilang sebagai daerah penyumbang TKI terbesar di NTB. Data di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transimigrasi (Disosnakertrans) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lotim menyebut total TKI asal Lotim ini mencapai 10.183 pada tahun 2011 ini saja. Sebagian besar menuju Malaysia dan Arab Saudi menjadi tujuan utama kedua.

Data terakhir memasuki pertengahan tahun 2011 ini, Disosnakertrans Lotim mencatat TKI yang ke Arab sudah mencapai 793 orang. Sebagian besar bekerja disektor non formal, yakni menjadi pembantu rumah tangga sebanyak 782 orang sedangkan laki-laki hanya 11 orang.

Berdasarkan data tersebut, diterangkan Kepala Dinas (Kadis) Disosnakertrans Lotim H. Sirman sebagian besar TKI ke Arab bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Pilihan kerja di sektor non formal itu diakui terbanyak karena paling banyak permintaan.

Pasca Kebijakan pemberhentian sementara alias moratorium yang keluarkan Pemerintah, jajaran Pemkab Lotim melalui Kadisosnakertrans, H. Sirman mengatakan terhitung sejak Selasa (28/6) lalu sudah pula melakukan pemberhentian sementara pemberangkatan para TKI ke negeri Arab tersebut. “Kita juga sudah memberhentikan sejak hari ini (Selasa-red),” ujarnya ketika dikonfirmasi Suara NTB.

Keberadaan TKI asal Lotim yang bekerja di Arab sejauh ini dipandang aman-aman saja. Tidak ada informasi yang didengar mengalami masalah. Di soal mengenai ada indikasi jual beli TKW khusus ke Arab ini, Sirman enggan memberikan pernyataan. “Saya tidak berani komentar terkait hal itu,” ucapnya.

Jelasnya, proses pemberangkatan para TKI ke negeri Arab melalui proses pelatihan dulu. Yakni mengikuti proses pelatihan di Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKLN). Terhitung sejak Selasa itu pula, pemkab Lotim memberhentikan proses pemberangkatan TKI yang akan diikutikan dalam proses pelatihan itu.

Adanya indikasi jual beli TKW ternyata bukan isapan jempol. Temuan Suara NTB berdasarkan penuturan sejumlah mantan TKW yang berhasil diwawancara, ternyata sebagian besar TKW dibeli oleh sang majikan. Seperti dituturkan Raihanun, salah seorang mantan TKW asal Desa Wanasaba Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lotim. Terhitung sejak usia belasan tahun katanya dirinya sudah menginjak tanah Arab.

Empat kali sudah ia lalu lalang ke Negeri Unta itu menjadi pembantu rumah tangga. Keberangkatannya ke Negeri Arab melalui Perusahaan Penggerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) selama ini memang berjalan mulus. Ditanya soal jual beli TKW, diakuinya memang demikian adanya. “Kita memang dijual,” tuturnya.

Sang majikanlah yang membeli ke PJTKIS ini. Harganya pun mulai dari kisaran jutaan rupiah. Semua proses pemberangkatan menuju ke rumah sang majikan dibiayai oleh Majikan. Andil dari PJTKIS sendiri tidak diketahui, bahkan dipertanyakan.

“Mulai tiket, ongkos ke rumah majikan semuanya ditanggung oleh Majikan. Jadi kita sebenarnya memang dibeli dari PJTKI,” terangnya. Padahal di PJTKIS sendiri, ada keharusan bagi sang TKI untuk membayar. “Kita memang diminta uang, ada yang Rp 2 juta,” imbuhnya.

Raihanun menambahkan ia tahu dirinya dijual itu dari penuturan sang Majikan sendiri. Saat duduk-duduk santai, biasanya ia menyempatkan diri ngobrol dengan sang majikan. Sang Majikan mengaku aneh malah ketika mengetahui ada keharusan pembantunya membayar hutang kepada PJTKI. “Saya kan sudah mengirimkan uang ke Indonesia menebus kamu,” ucapnya mengutip penyataan sang majikan. Tidak jarang juga, gaji beberapa bulan pertama di potong langsung oleh PJTKI yang memberangkatkan.

Dikarenakan sebagian besar di jual itulah yang membuat sang Majikan terkadang arogan. “Saya bayar kamu mahal-mahal untuk bekerja dengan baik dengan saya,” demikian ucap Raihanun menuturkan ungkapan yang biasa terlontar dari mulut sang Majikan. Menyikapi hal itu, tidak ada hal lain yang harus dilakukan kecuali bersikap baik. Karena sang Majikan memang merasa berkuasa dengan uangnya.

Kuncinya agar bisa sukses, terang Raihanun adalah menjaga sikap tetap baik kepada majikan. Tidak pernah melawan dan selalu menuruti apa kemauan majikan. Inilah titik nadirnya menjadi TKW di negeri Arab. “Tergantung kita sebenarnya juga,” ucapnya. Menurutnya, jika pembantu bersikap baik maka orang Arab ini akan bersikap sangat baik juga.

Terkadang kerap terjadi masalah jika tidak mampu disikapi dengan baik. Seperti saat berhadapan dengan anak sang Majikan. Ketika berhadapan dengan anak majikan inilah yang kerap menjadi biang masalah. Jika salah sedikit saja, anak majikan ini kerap mengadu pada orang tuanya.

Disitulah yang menjadi pemicu masalah. “Anak-anak majikan ini kadang-kadang nakal-nakal, kita marahin sedikit diaduin ke orang tuanya. Kita lalu dimarah sama orang tuanya,” keluhnya. Pengalaman Raihanun sendiri disyukuri sejauh ini tidak sepahit seperti pemberitaan dimedia. Kepiawaiannya menyikapi semua masalah bisa mengeluarkannya dari masalah.

Mengenai gaji, tergantung kebaikan sang Majikan. “Kalau saya dulu Rp 600 real, sekarang katanya sudah sampai 800 real,” imbuhnya. Soal waktu, tergantung pula dari keinginan sang majikan. Ada yang bekerja dari sekitar pukul 08.00 pagi waktu setempat sampai sore. Ada juga yang sampai malam hari.

Menjadi TKW di Arab, jika tidak persiapkan diri dengan matang disarankan Raihanun untuk tidak dilakukan. Pasalnya, karakter sifat dan prangai orang-orang Arab beda dengan orang Indonesia. Jika tidak siap mental, maka kerap akan mengalami tekanan batin.

Jika melihat mudahnya mendapatkan uang Raihanun mengaku pingin kembali bekerja menjadi TKW. Namun setelah mendapatkan informasi dan adanya larangan dari pemerintah ia pun mengurungkan niatnya untuk berangkat lagi. Lebih-lebih saat ini ia sudah memiliki seorang putri dan larangan dari suami. Ditanya soal nama PJTKIS yang memberangkatkannya, Raihanun mengaku tidak menghafal nama-namanya.

Pengalaman sedikit berbeda dialami Sadariyah, TKW Arab asal desa Suralaga Kecamatan Suralaga. Dihubungi secara terpisah, TKW yang menjadi pembantu rumah tangga di Kota Dammah Arab Saudi ini mengaku sangat senang bekerja. Majikan sangat baik padanya.

Tamat di bangku Madrasah Tsnawiyah (MTs), beberapa tahun lalu ia memilih menjadi TKW karena himpitan ekonomi keluarga. Dua tahun lamanya ia Negeri Arab itu. Selama itu, majikan tidak pernah berbuat kasar. Bahkan ia berencana bulan ini akan kembali lagi ke negeri Arab.

Tiket pun sudah dipesankan oleh Majikan. Mengetahui adanya larangan berangkat, sepertinya kurang digubris oleh Sadariyah ini. Pasalnya, sang Majikan mengaku siap akan datang menjemput langsung. Sejauh ini, ia pun tenang-tenang saja tidak ada persoalan.

Ditanya soal adanya jual beli TKW, Sadariyah menjawab enteng saja. “Saya tak tahu kalo soal tu,” ucapnya. Adanya informasi mengenai TKW Ruyati yang dihukum pancung tidak diketahui keberadaannya secara pasti oleh Sadariyah ini. Katanya ia hanya mendengar dari pemberitaan di media. Ia pun mengaku tidak percaya sepenuhnya terhadap hal itu. Karena menurutnya, orang-orang Arab itu tidak jauh beda dengan orang Lombok. “Baik-baik sama seperti orang Lombok,” demikian pengakuannya.

“Bisa Bahasa Arab?” tanyanya Kepada Suara NTB tiba-tiba ditengah obrolan. “Laa astathi’..” jawab kami kemudian singkat karena memang bahasa Arab cukup sulit jika tidak dipelajari secara intensif. Sadariyah yang bercita-cita ingin melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi ini pun mengaku siap akan mengajarkan Bahasa Arab itu. “Nanti saya ajari,” janjinya dengan logat sedikit bercampur dengan gaya ngomong ala orang Arab ini

No comments:

Post a Comment