Friday, July 16, 2010

Khawatir Monopoli Investor Tidak Diperkenankan Kelola TNGR

Kepala Balai taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Syihabuddin, menyatakan pihaknya tidak memperkenankan investor masuk mengelola TNGR. Meski dijanjikan akan dikelola lebih baik dari sekarang, Kepala TNGR ini tetap bersikukuh tidak mau menjual TNGR ke tangan investor karena dikhawatirkan akan dinomopoli pengelolaannya oleh investor.

“Banyak sudah yang menawarkan diri mau masuk,” Kepala TNGR itu. Ia menilai pemanfaatan TNGR seperti sekarang ini jauh lebih baik daripada dengan mendatangkan investor.

Jika investor yang mengelola, maka segala kegiatan TNGR dimonopoli oleh investor. Porter, guide dan lainnya yang mencoba mengais rezeki dari tracking gunung rinjani khawatirnya hilang mata pecaharian mereka. Pasalnya, investor sebagian besar akan memilih dan menentukan sendiri tenaga yang digunakan.

Berdasarkan pengalaman di beberapa taman nasional, sebut Syihabuddin kekhawatirannya terjadi. Seperti taman nasional Gunung Tengger Jawa Timur, dimana banyak memang orang asing datang, namun masyarakat hanya sebagai penonton.

Diakui dengan mendatangkan investor kemajuan TNGR bisa lebih cepat. Namun yang akan menikmati hasilnya hanyalah orang menengah keatas. Disamping itu, faktor keamanan jelas akan terganggu. Tidak mau dicoreng Syihabuddin, TNGR saat ini sebagai kawasan paling aman secara nasional jadi terganggu.

Syihabuddin menyadari dengan tidak ada investor kemajuan akan lamban. Lambatnya proses pembangunan di TNGR lebih dipilih daripada merusak citra TNGR di mata masyarkat sekitar. Diinginkan, masyarakat sekitar itulah yang berimprovisasi. Mengembangkan sendiri peluang pengembangan ekonominya. “Tidak apa-apa lamban dari pada masyarakat sekitar kolap,” imbuhnya.

Ditambahkan, terkait tawaran Syihabuddin menyebut cukup banyak sudah investor yang menawarkan diri. “Sudah ada tiga proposal ini yang masuk lagi,” sebutnya. Setiap yang masuk katanya ditanggapi dengan menyatakan saat ini pihaknya sedang menyusun potensi dan rencana pemeliharaan. Setiap investor yang ingin masuk dengan ijin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) pun ditolak.



Terbesar Ketiga Nasional

Selanjutnya disebutkan Kepala Balai TNGR yang baru setahun menjabat ini, saat ini TNGR dari semua taman nasional se Indonesia tercatat sebagai penyumbang pendapatan negara terbesar ke tiga secara nasional, yakni sebesar Rp 200 juta pertahunnya. Padahal dari segi retribusi, TNGR paling rendah mengambil dari pengunjung.

Wisatawan asing hanya dibebani Rp 20 ribu, sedangkan lokal hanya Rp 2 ribu. Disampaikan Syihabuddin, pihaknya sebenarnya telah mengusulkan agar bisa ditingkatkan. Bahkan pernah diusulkan akan dinaikkan menjadi Rp 200 ribu untuk wisatawan asing. Namun, aturan yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 59 tahun 1999 yang tidak membenarkan.

Padahal menurutnya, sangat pantas dinaikkan Rp 200 ribu. Pasalnya, di daerah lain sudah jauh lebih tinggi. Sementara, TNGR yang jumlah pengunjungnya ribuan orang perbulannya ini hanya mematok harga tidak seberapa. Sementara di Kinibalu Malaysia saja yang hanya datang untuk melihat burung dipatok harga 15 dolar amerika. “Sebenarnya PP ini harus direvisi,” ucapnya. Terlebih penetapan harga brapapun khusus wisatawan asing ini tidak memberatkan.

No comments:

Post a Comment