Thursday, July 22, 2010

Guru Malas Buat Karya Tulis Ilmiah

RIBUAN guru yang ada di Kota Mataram, hanya sebagian kecil guru yang memiliki minat membuat karya tulis ilmiah (KTI). Hal itu terlihat dari sejauh ini sebagian besar guru tidak naik pangkat. Sepanjang sejarah keberadaan guru di Kota Mataram, tidak pernah ada guru yang meraih pangkat IVE sebagai pangkat tertinggi.

“Pangkat IV D pun belum ada sampai sekarang,” ungkap Plt Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Dikpora) Kota Mataram, Ruslan Efendi. Ia mengatakan pangkat tertinggi guru se kota Mataram sampai saat ini hanya IV C. “Bahkan yang sampai IV B pun kurang dari 50 orang,” imbuhnya.

Minimnya peminat guru membuat KTI itu menjadi alas pemicu belum adanya guru-guru di Ibu Kota Provinsi ini belum ada yang sampai pangkat ideal itu. Sejauh ini, disadari guru dianggap belum terbiasa menulis.

Jauh hari, sudah disadari kekurangan para guru tersebut. Berbagai upaya menumbuhkembangkan minat guru sudah dilakukan. Terhitung sejak tahun 2003 lalu sudah mulai dilakukan pelatihan KTI. Bahkan selain pelatihan, ada pembimbingan dari para pakar untuk membuat KTI.

Peserta telah diundang mengikuti pelatihan selama tiga hari, selanjutnya dibimbing menyusun dan mengajukan proposal penelitian. Letak kesulitan para guru selama ini memulai proses penulis. Meski sudah dilibatkan para pakar untuk mendampingi, namun sejauh ini belum banyak terlihat KTI yang dituangkan para guru.

Obyek penelitian para guru antara lain Class Room Action Research (CRAR) atau penelitian tindakan kelas. Penelitian terhadap proses pembelajaran ini semestinya dapat disadari oleh para penulis. Terlebih bisa memberikan nilai tambah atas poin guru untuk kenaikan pangkat.

Sebenarnya ada sanksi bagi guru yang tidak naik pangkat. Ada ancaman memberikan sanksi pemecatan. Namun, sejauh ini sanksi itu belum pernah dilakukan. Sehingga meski dalam belasan tahun tidak ada kenaikan pangkat seperti dibiarkan saja oleh pemerintah. Karena memang hal ini terjadi secara nasional. Jika sanksi diberikan, tentu akan berdampak besar. Terlebih selama ini masih kekurangan guru.

Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) NTB, Drs. H. Ali A. Rahim membantah kalau sebagian besar guru tidak memiliki minat untuk menulis karya tulis ilmiah. Menurut Ali, guru pada prinsipnya memiliki minat yang besar. Hanya saja terkendala waktu. Guru terlalu disibukkan dengan urusan sekolah sehingga tidak punya kesempatan banyak untuk menulis.

Ketua PGRI NTB membantah kalau dikatakan para guru malas. Diakuinya, ada kelemahan guru dalam menulis. Ketua organisasi profesi guru ini menuturkan telah mempersiapkan pemberian kemampuan teknis menulis pada guru. Melakukan kegiatan diklat pengembangan profesi para guru. “Ini salah satu cara kita agar teman-teman guru mau menulis,” ucapnya.

Selama tiga bulan berturut-turut pernah beberapa orang guru diberikan pelatihan secara bertahap. “Tinggal pengembangannya dilapangan sebenarnya,” ucapnya.

Menulis sebuah karya ilmiah akunya merupakan pra syarat jenjang pangkat seorang guru. Saat ini fokus pada pengembangan peningkatan kemampuan teknis para guru terus dilakukan. Utamanya menulis karya ilmiah yang merupakan hasil penelitian terhadap tindakan kelas.

Di NTB, telah ada tim khusus yang telah menangani persoalan ini. Para peserta langsung diajak dan belajar menulis. Meneliti tindakan kelas yang selanjutnya disuguhkan dalam sebuah karya tulis ilmiah. Guru-guru yang menjadi penulis kreatif akunya belum banyak di NTB. Namun upaya menuju ke arah sana terus dilakukan.

Seorang guru yang telah banyak menulis karya ilmiah dan kerap meraih juara di tingkat nasional, yakni Dra. Hamimatussa’diyah diajak PGRI untuk mengembangkan bakat-bakat menuilis para guru yang lain. Berikan rangsangan kepada para guru, bangkitkan semangat dan motivasi menulis.

Tegas Ali nyatakan, guru sama sekali tidak malas. Hanya saja kesibukan yang selama ini menggeluti waktu guru membuat guru kesulitan. “Insya Allah semua guru di NTB tidak ada yang tidak bisa menulis,” imbuhnya.

Ditambahkan, dari puluhan ribu guru yang ada di NTB, sebanyak 400 orang sudah mulai menulis. Diakui, karya tulis ilmiah ini memang menjadi salah satu syarat kenaikan pangkat guru. Terus diberikan pemahaman dan dibina agar bisa menulis sedikitnya tiga karya tulis ilmiah dalam dua tahun supaya bisa naik pangkat.

No comments:

Post a Comment